Aku, Coretan dan Harapan

 Terbangun lebih pagi, padahal terjaga hingga larut. Terhentak oleh sepi dan terdiam oleh perih. Aku dan sebuah pertanyaan menjadi fokus atas semua pertikaian. Bukan fisik namun batin.

Setengah bahkan hampir setahun semua hal yang indah itu menjadi tabu. Tetes demi tetes persoalan membanjiri sela-sela mata. Ku tak sanggup walau hanya tuk berdiri, dan ku tak kuasa walau hanya tertawa.

Candaan bahkan hanya kepalsuan, tangisan bahkan menjadi rutinitas. Apakah wajah ini masih sanggup mengekspresikan apa yang benar-benar ada didalam sana? haruskah topeng ini melekat dan tak kunjung terlepas?.

Aku dan sebuah pertanyaan yang sangat kronis hingga membuat setiap persendian menjadi kaku tuk berjalan. Berdiripun ku tak mampu, apalagi melangkah! seperti seluruh tubuh mengakar kuat hingga kedalaman bumi yang terdalam.

Aku dan sebuah pertanyaan yang tak kunjung selesai. Masih adakah harapan saat banjir sudah menggenang 5 Cm diatas kepala?. Aku dapat berenang, dan juga dapat tenggelam. Apakah pantas kapal selam untuk mengapung ketika airpun tidak ada disekelilingnya?.

Aku dan sebuah “tanda tanya”, mengapa harus aku? apa yang sepesial dari sebuah sumbu yang pudar warnanya? dan apakah gunanya lagi sebuah buluh yang terkulai?

Aku, pantaskah melihat harapan disaat kemarau berkepanjangan tak kunjung usai?. Kemanakah seluruh air itu pergi? Apakah mereka menjauh? atau hanya saya yang tidak dapat melihatnya?

Aku dan aku apakah dua pribadi yang berbeda sehingga banyak menimbulkan tanda tanya dari setiap pribadinya?. Apakah ada sisi lain dalam diriku? ataukah berjalan seperti gelap dan terang? Mengapa aku menimbulkan pertikaian atas diriku sendiri?.

Aku adalah sebuah kesalahan yang timbul akibat kecerobohan sisi lainku? Ah tidak rasanya, bahkan banyak persoalan yang tidak saya ketahui namun mengerucut menyudutkan saya.

Aku dan kertas putih yang siap ditulis. Apakah tinta yang digunakan itu abadi? Entahlah saya pun tidak mengetahuinya. Siapakah penulisnya? Hai jiwaku mengapa kau meragukan sebuah skenario yang ditulis oleh “Story Maker” terhebat sepanjang masa? Adakah kegelisaan menghampirimu dan kau hanyut didalamnya?

Aku dan sekantong penuh harapan yang tak kunjung usai bahkan saat matahari mulai memudar dan bulan mulai menghilang. Apakah aku masih patut tuk berharap? apakah sunyi dalam sepi lebih kuat suaranya dibandingkan ribuan bintang yang menyembah?.

Aku, masih sanggupkah aku? masih bisakah tersenyum tulus tanpa ada makna ambigu? apakah sunyi telah merengut sukacita? apakah waktu tidak terlalu panjang tuk ku bersabar? apakah telinga tidak dapat mendengar suatu pesan yang indah?

Aku masihlah seorang bocah yang perlu banyak belajar dari banyak kesalahan. Berharap waktu-waktu tersebut tidak terbuang percuma.
Ku ingin keluar dari kotak ini! Tapi sanggupkah aku?

Comments

Popular posts from this blog

Mengering, Mengeras dan terhempas

Buku tentangmu